TikTok dan Isu HAM: Suara Digital yang Tak Terbendung

TikTok dan Isu HAM: Suara Digital yang Tak Terbendung

TikTok telah menjadi salah satu platform media sosial yang paling populer di dunia, dengan ribuan juta pengguna setiap bulannya. Namun, di balik kepopularnya, ada isu HAM (Hukum Antipeluang) yang membuat banyak orang berdebat tentang etika dan batasan konten yang dapat dibagikan.

Bayangan dari Konten Berbahaya

Salah satu aspek yang paling penting dalam konteks ini adalah bagaimana platform media sosial seperti TikTok mengelola konten yang berpotensi berbahaya. Apakah mereka memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pengguna tidak menggunakan aplikasi untuk menyebarluaskan iklan atau informasi yang merugikan?

Banyak orang bertanya-tanya, sebenarnya siapa yang bertanggung jawab dalam situasi seperti ini? Jika pengguna TikTok membagikan konten berbahaya, apakah itu adalah tanggung jawab mereka sendiri atau platform media sosial tersebut?

Peraturan dan Pengawasan

TikTok memiliki peraturan yang jelas tentang apa yang diperbolehkan dan tidak diizinkan dalam aplikasi. Namun, beberapa orang bertanya-tanya apakah peraturan ini cukup efektif untuk mencegah konten berbahaya dari tersebar.

Contohnya seperti seorang ayah yang membagikan foto anaknya sebagai hashtag ke platform media sosial. Jika ayah tersebut tidak menyertakan izin dari anaknya sendiri, apakah itu adalah pelanggaran hak-hak mereka?

  • Menggunakan algoritma untuk mengidentifikasi konten berbahaya
  • Menghapus atau memblokir pengguna yang menyesatkan;
  • Meminta bantuan dari lembaga pemerintah dan organisasi HAM;

Pengawasan dari Lembaga HAM

Namun, tidak hanya TikTok yang bertanggung jawab. Lembaga HAM juga memiliki peran penting dalam memastikan bahwa platform media sosial seperti TikTok mengelola konten dengan baik.

Contohnya adalah kehadiran Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Orang (PRTKB) di Indonesia, yang berfungsi untuk memantau dan mencegah penyebarluasan informasi palsu atau berbahaya.

Perubahan Masa Depan

Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat perubahan signifikan dalam bagaimana platform media sosial mengelola konten dan batasan. Apakah TikTok dapat menjadi contoh penggunaan HAM yang lebih baik di masa depan?

Apakah mereka akan memperbaiki cara kerjanya dan membuatnya lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat? Atau apakah perubahan ini hanya berlaku untuk aplikasi mereka sendiri saja?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *